Apa itu hujan asam?
Hujan asam adalah hujan dengan pH air kurang dari 5,7. Hujan asam biasanya terjadi karena adanya peningkatan kadar asam nitrat dan sulfat dalam polusi udara. Hal ini biasanya terjadi karena peningkatan emisi sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOx) di atmosfer.
Polutan asam yang dapat menyebabkan hujan asam adalah polutan bahan bakar fosil (misalnya, minyak, batu bara, dll) yang ditemukan dalam kadar tinggi dari knalpot mesin pembakaran internal (misalnya knalpot mobil). Hujan asam juga dapat terjadi dalam bentuk lain seperti salju.
Hujan asam terjadi ketika gas-gas yang tercemar menjadi terjebak di dalam awan. Awan bisa melayang hingga ratusan bahkan ribuan kilometer sebelum akhirnya melepaskan hujan asam.
Apa ciri hujan asam?
Hujan asam biasanya sulit dibedakan dari hujan air biasa karena warna dan rasanya hampir sama.
Tapi kulit bisa merasakan hujan asam jika air hujan yang mengenai kulit langsung membuat gatal-gatal, memerah. Untuk orang dengan kekebalan tubuh rendah akan langsung mengalami pusing.
Apa bahayanya pada manusia?
Bahaya yang dirasakan oleh manusia juga tidak terjadi secara langsung, bahkan untuk beberapa orang yang tidak terlalu sensitif dengan perubahan pH, berenang di kolam yang sudah tercemar hujan asam tidak akan menyebabkan efek langsung, seperti dilansir epa.gov, Selasa (15/3/2011).
Tapi polusi yang menyebabkan hujan asam yaitu sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOx) dapat membahayakan dan merusak kesehatan manusia.
Gas-gas ini di atmosfer berinteraksi untuk membentuk sulfat halus dan partikel nitrat yang dapat dibawa hingga jarak yang jauh oleh angin dan terhirup jauh ke dalam paru-paru manusia.
Partikel halus juga bisa menembus ruangan. Banyak studi ilmiah telah mengidentifikasi hubungan antara peningkatan kadar partikel halus dan peningkatan penyakit dan kematian dini karena gangguan jantung dan paru-paru, seperti asma dan bronkitis.
Sedangkan efek ekologi hujan asam paling jelas terlihat pada pohon, danau, sungai, hutan dan hewan. Bahkan bangunan bisa mengalami efek korosif karena hujan asam, yang dapat merusak komponen pembangkit listrik, pabrik dan kendaraan bermotor.
Hujan asam dapat membunuh beberapa spesies ikan yang rentan dengan perubahan pH air dan menurunkan keragaman hayati. Selain itu, untuk pH rendah juga dapat meningkatkan level aluminium di dalam air yang dapat membuat ikan stres kronis dan keracunan.
Beberapa jenis tanaman dan hewan mungkin dapat menoleransi air yang asam. Namun bagi tanaman dan hewan yang sensitif, terutama spesies yang masih muda, hujan asam dapat membunuhnya.
Jumat, 27 Mei 2011
Sabtu, 21 Mei 2011
SEJARAH PONDOK PESANTREN AL AMIEN
A. Sejarah Berdirinya
Ponpes Al Amin didirikan pada tahun 1995 oleh K.H. Muhammad Anwar Iskandar. Beliau mendirikan pondok pesantren ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memberikan tempat yang sehat (suasana yang religius) dan mempunyai akhlaqul karimah kepada para pelajar agar mereka terhindar dari pergaulan yang tidak baik.
Di samping itu, diharapkan para pelajar dapat memperoleh ilmu agama dan umum secara seimbang serta dapat hidup mandiri. Mereka dapat belajar berinteraksi dengan lingkunganya baik sesama teman, masyarakat. Hal ini juga tidak terlepas dari keinginan masyarakat untuk menempatkan putra putrinya dalam pondok pesantren. Karena para orang tua khawatir anak - anaknya akan terjerumus dalam lingkungan yang tidak baik (pergaulan bebas) dan mengharapkan anaknya mendapatkan ilmu agama dan umum yang bermanfaat.
B. Perkembangan Pendidikannya
Pada awalnya pondok pesantren ini hanya mengkaji kitab-kitab klasik dan al-Qur'an. Baru pada tahun 1998 didirikan madrasah diniyah dengan sistem klasikal. Mereka yang mondok harus mengikutinya dan dibedakan antara santri satu dengan yang lain sesuai dengan kemampuannya dalam memahami kitab kuning.
Pada awalnya sekolah diniyah ini hanya ada tiga kelas dan mushalla adalah sebagai pusat proses belajar mengajar. Antara kelas 1, 2 dan 3 hanya dipisah oleh papan. Kemudian pada tahun 2004-2005 jumlah kelas menjadi 4 kelas, 1 sampai 3 tingkat ibtida' (awal) dan yang satu tingkat tsanawiyah. Pada tahun 2005 dibuka SMK Al-Amin. Sehingga dalam proses belajar mengajar menggunakan fasilitas tersebut, karena madrasah diniyah masuknya pada malam hari yaitu jam 19.00 wib. Adapun kepala sekolah diniyah adalah kyai Abdul Kholiq Ali dari Pasuruan.
Setelah kyai Abdul Kholiq Ali diganti oleh menantu K.H. Muhammad Anwar Iskandar yaitu H. Agus Fuad Fajrus Shobah dari Blitar, maka ada sedikit pergantian nama kelas, yang dulunya satu tsanawiyah diganti kelas empat ibtida' sampai sekarang, adapun jumlah kelas ada enam. Karena setiap ajaran baru santri bertambah banyak. Adapun jumlah santri sekarang sekitar 400 anak. Mereka berasal dari berbagai daerah seperti Jakarta, Ciamis, Banyuwangi, Brebes dan lain-lain, dan ada juga yang dari luar Jawa seperti Riau dan Lampung.
Jadi perkembangan pendidikan di pondok pesantren Al-Amin ini sangat bagus. Yang dulunya belum ada diniyah dan sekolah formal, sekarng sudah ada.
Daftar Tabel I
Fasilitas Pondok Pesantren Al-Amin (Pondok Putra)
No. Nama Fasilitas Jumlah
1 Kamar Santri 10 kamar
2 Ruang Kantor 1 ruang
3 Ruang Tamu 1 ruang
4 Ruang Keamanan 1 ruang
5 Rentalan 1 ruang
6 Gedung Madrasah 6 ruang (menggunakan SMK Al-Amin)
7 Kantin 1 ruang
8 Dapur 1 ruang
9 Kamar Mandi / WC 8 kamar dan 1 ruang besar yang disekat menjadi 12 ruang kecil
10 Mushalla 1 bangunan
11 Lapangan sepak bola 1 area
Daftar Tabel II
Fasilitas Pondok Pesantren Al-Amin (Pondok Putri)
No. Nama Fasilitas Jumlah
1 Kamar Santri 30 kamar
2 Ruang Kantor 1 ruang
3 Ruang Tamu 1 ruang
4 Ruang Keamanan 1 ruang
5 Warnet 1 ruang
6 Kantin 1 ruang
7 Dapur 1 ruang
8 Kamar Mandi / WC 1 ruang besar yang disekat menjadi 15 ruang kecil
9 Aula 1 bangunan
11 Koperasi 1 ruang
Adapun keberadaan SMK Al-Amin bertujuan untuk menarik minat para santri untuk belajar di lembaga formal agar nantinya para santri selain memiliki ilmu agama juga memiliki skill secara formal. Keberadaan SMK Al-Amin juga bertujuan agar siswa yang belajar di lembaga tersebut dapat ikut mondok, disamping mempunyai keterampilan secara formal juga mendalami ilmu agama. Jadi antara ilmu agama, umum dan skill bisa mereka peroleh dengan seimbang.
C. Letak Geografis
Pondok pesantren Al-Amin terletak di Desa Ngasinan Kecamatan Rejomulyo Kota Kediri. Berdiri di atas areal tanah seluas + 1/2 hektar. Letaknya yang dekat dengan sekolah – sekolah formal menyebabkan pondok pesantren Al-Amin menjadi tempat tujuan para pelajar dan mahasiswa yang ingin mondok.
Dalam peta geografis pondok pesantren Al-Amin berada di antara sekolah-sekolah sebagai berikut.
- Sebelah barat adalah sekolah SMP 7 dan SMA 6
- Sebelah timur adalah sekolah MI Mamba'ul Ulum
- Sebelah utara adalah STAIN, MAN 2 dan MTSN 2 dan juga SMK Al-Amin
- Sebelah selatan rumah penduduk.
D. Biografi K.H. Muhammad Anwar Iskandar
1. Latar belakang Keluarga dan Lingkungan
K.H. Muhammad Anwar Iskandar dilahirkan di Desa Berasan, Kecamatan Muncar, Banyuwangi pada tanggal 24 April 1950. Menurut silsilah, ayah K.H. Muh. Anwar Iskandar bernama K.H. Iskandar (Askandar), pendiri dan pengasuh pondok pesantren “Mambaul Ulum” Berasan, Muncar, Banyuwangi. Kyai Iskandar adalah putra dari kyai Abda’. Kyai Abda’ adalah putra dari Kyai Abdullah Said bin Wardoyo. Kyai Wardoyo adalah menantu dari K.H. Zainal Abidin kakek dari Kyai Shaleh yang mempunyai keturunan para kyai pendiri pondok pesantren di Kediri seperti Lirboyo.
Adapun dari garis keturunan ibu, ibu K.H. Muh. Anwar Iskandar bernama Nyai Siti Robi’ah al-Adawiyah binti Kyai Abdul Manan. Nyai Abdul Manan adalah putrinya Nyai Hasanah. Nyai Hasanah adalah putri dari Kyai Abbas, Cempoko Talun Blitar. Kyai Abbas adalah putra dari Kyai Nur Syiam, Celonan Keras Kediri. Kyai Nur Syiam putra dari Kyai Syahiddin. Kyai Syahiddin adalah putra dari Sahcahnyoto. Setengah cerita Sahcahnyoto adalah raja Panjalu Tasik Malaya.
K.H. Muh. Anwar Iskandar menikah pertama pada tahun 1975. Pada saat itu beliau dinikahkan oleh K.H. Mahrus Ali dengan seorang wanita asal Jamsaren Kediri bernama Nyai Qoni’atus Zahro, putri dari pengasuh Pondok Pesantren Assa'idiyah Jamsaren, yaitu Kyai Sa'id. Dari pernikahan pertama ini K.H. Muh. Anwar Iskandar dikaruniai satu putra dan lima putri.
Pada tahun 1990 K.H. Muhammad Anwar Iskandar menikah kedua kalinya dengan ibu Nyai Hj. Yayan Handayani dari Bogor yang sekarang mendiami pondok pesantren Al-Amin. Dari pernikahan ini beliau dikaruniai tiga putra dan satu putri.
2. Latar Belakang Pendidikan
Pendidikan K.H. Muhammad Anwar Iskandar dimulai sejak K.H. Muh. Anwar Iskandar masih dalam asuhan keluarganya. Melalui keluarganya, beliau dididik agar suatu saat bisa menjadi penerus ayahnya.
Sebagaimana yang dilakoni kyai – kyai salaf, K.H. Muh. Anwar Iskandar menimba ilmu dari pesantren yang satu ke pesantren yang lain, sebagai santri “kelana” yang menjelajah pesantren-pesantren untuk memuaskan keinginanannya mempelajari agama Islam. Disamping itu beliau juga menimba ilmu pengetahuan umum di sekolah-sekolah formal. Adapun kronologis perjalanan K.H. Muh. Anwar Iskandar dalam menempuh pendidikannya adalah sebagai berikut :
1) Pertama kali K.H. Muh. Anwar Iskandar mengaji kitab-kitab salaf dalam asuhan orang tuanya sendiri di pondok pesantren “Mamba’ul Ulum” Berasan Muncar Banyuwangi.
2) Selain tetap nyantri pada ayahandanya, K.H. Muhammad Anwar Iskandar dimasukkan ke M.I yang ada di lingkungan pondok pesantren Mamba’ul Ulum , pada tahun 1955.
3) Pada tahun 1961, K.H. Muh. Anwar Iskandar melanjutkan jenjang pendidikannya ke MTs di lingkungan yang sama dengan tetap mengaji kitab-kitab salaf di bawah asuhan ayahandanya.
4) Pada tahun 1964, K.H. Muh. Anwar Iskandar memasuki M.A di lingkungan yang sama dan tetap mengaji kitab-kitab kuning di bawah bimbingan ayahnya.
5) Pada tahun 1967, K.H. Muh. Anwar Iskandar berangkat ke Pondok Pesantren Lirboyo Kediri selama empat tahun di bawah asuhan K.H. Mahrus Ali. Selain mengaji di Lirboyo, beliau juga pernah mengaji di pondok pesantren lainnya seperti Ploso Kediri, Sarang Rembang, Minggen Demak, dan ilmu Falak di Jember.
6) Disamping menempuh pendidikan di pondok pesantren K.H. Muh. Anwar Iskandar juga meneruskan jenjang pendidikan formalnya di Perguruan Tinggi (PT) Tribakti Kediri. Sampai pada tahun 1969 K.H. Muh. Anwar Iskandar menyandang gelar Sarjana Muda.
7) Pada tahun 1970, K.H. Muh. Anwar Iskandar meninggalkan pondok pesantren Lirboyo Kediri menuju Jakarta untuk menyelesaikan program sarjana lengkap di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil Fakultas Adab Jurusan Sastra Arab.
Setelah selesai di Jakarta, K.H. Muh. Anwar Iskandar tidak langsung pulang ke kampung halamannya untuk berdakwah dikarenakan di sana telah banyak pemuka agama (tokoh agama). Akhirnya beliau memutuskan menuju kota Kediri. Sampai di kota Kediri yakni, K.H. Muh. Anwar Iskandar langsung mengadakan kegiatan dakwah.
3. Aktifitas K.H. Muhammad Anwar Iskandar dalam bidang Pendidikan, Politik dan Dakwah
Setelah pernikahan pertamanya, K.H. Muh. Anwar Iskandar berusaha untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatnya dari melalalang buana melalui dakwah kepada masyarakat. Untuk mewujudkan keinginan tersebut K.H. Muh. Anwar Iskandar untuk berjuang agar berguna bagi agama, masyarakat, bangsa dan membekali generasi muda agar tidak kosong nilai (memiiliki ilmu dan akhlak), fondasi agama dan bertaqwa kepada Allah. Maka K.H. Muh. Anwar Iskandar masuk dalam berbagai organisasi. Karena dengan organisasi tersebut bisa menjadi pendukung dalam perjuangan K.H. Muh. Anwar Iskandar sehingga mengantarkan kesuksesannya.
Disamping itu, sebagai sumbangsih terhadap Bangsa dan Negara Indonesia, K.H. Muh. Anwar Iskandar mendirikan Yayasan Pendidikan Assa'idiyah di Jamsaren dan Al-Amin di Ngasinan Rejomulyo untuk menampung para santri yang ingin belajar ilmu agama.
Secara kronologis aktifitas K.H. Muh. Anwar Iskandar dalam berbagai organisasi dapat digambarkan sebagai berikut :
Bidang Pendidikan
1) Sejak didirikannya yayasan Assa'idiyah pada tahun 1982 sampai sekarang, K.H. Muh. Anwar Iskandar tetap dipercaya sebagai ketua yayasan ini. Di lingkungan yayasan beliau berhasil mengembangkan pendidikan di dalamnya. Ini bisa dilihat dengan berdirinya sebuah lembaga pendidikan yang ada di yayasan Assa'idiyah seperti TK kusuma mulia, SDI YP Assa'idiyah, Mts Nurul Ula, MA Nurul Ula dan SMU Islam YP Assa'idiyah.
2) Sejak tahun 1985 sampai sekarang K.H. Muh. Anwar Iskandar mendapat kepercayaan dari Akademis Universitas Islam Kadiri (UNISKA) untuk menduduki jabatan sebagai ketua yayasannya.
3) Sejak didirikannya yayasan Al-Amin pada tahun 1995 hingga sekarang K.H. Muh. Anwar Iskandar tetap di percaya menjabat ketua yayasan Al-Amin dan K.H. Muh. Anwar Iskandar juga membuka SMK di pondok pesantren tersebut.
Bidang Politik (organisasi)
1) Sejak berumur 15 tahun beliau telah menjadi anggota IPNU di Banyuwangi sebagai salah satu pejuang muda di kota tersebut.
2) Saat kuliah di Universitas Tribakti, beliau sangat aktif dalam organisasi PMII dan menjabat sebagai ketua.
3) Saat kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta masih aktif dalam organisasi PMII dan menjadi pimpinan pusat.
4) Pada tahun 1975, K.H. Muh. Anwar Iskandar dipercaya untuk memimpin Gerakan Pemuda Ansor (ketua GP Ansor) cabang kotamadya Kediri. Jabatan itu di embannya selama dua periode atau selama 8 tahun.
5) Pada tahun 1982 masyarakat NU wilayah Kotamadya Kediri mempercayai K.H. Muh. Anwar Iskandar untuk memimpin organisasi mereka. Dari keberhasilan dalam membawa organisasi ini, maka K.H. Muh. Anwar Iskandar dipilih lagi untuk memimpin organisasi ini selama dua periode.
6) Selanjutnya pada tahun 1992, K.H. Muh. Anwar Iskandar dipercaya untuk menjabat ketua Roisy Syuriyah NU cabang kota Kediri, selama 5 tahun.
7) Tahun 1997 K.H. Muh. Anwar Iskandar diangkat menjdi wakil ketua Roisy Syuriyah NU wilayah Jawa Timur.
8) Setelah itu pada tahun 1998 K.H. Muh. Anwar Iskandar di angkat menjadi ketua Dewan Syuro (PKB) wilayah Jawa Timur dan juga menjabat sebagai anggota MPR dari utusan daerah Jawa Timur.
9) Pada tahun 2008 K.H. Muh. Anwar Iskandar menjadi ketua DPP PKNU yaitu partai baru yang didirikan oleh para ulama.
Bidang Da'wah
Sebagai langkah awal dari perjuangan K.H. Muh. Anwar Iskandar dalam mengembangkan pendidikan adalah dengan melakukan serangkaian dakwah kepada masyarakat di wilayah Kediri. Sampai sekarang K.H. Muh. Anwar Iskandar sudah dikenal masyarakat luas sampai diluar daerah Kediri sebagai seorang da'i atau kyai.
Keberhasilan K.H. Muh. Anwar Iskandar dalam melaksanakan dakwah tidak lepas dari beberapa pengalaman K.H. Muh. Anwar Iskandar selama menjadi santri, siswa dan mahasiswa. Dari pengalaman dan pengetahuan yang K.H. Muh. Anwar Iskandar peroleh selama menuntut ilmu di berbagai lembaga pendidikan tersebut telah berhasil membuka wawasan K.H. Muh. Anwar Iskandar, sehingga setelah terjun di tengah-tengah masyarakat secara langsung K.H. Muh. Anwar Iskandar tidak banyak mengalami rintangan.
K.H. Muh. Anwar Iskandar pernah berkata "keluarga saya mengajarkan untuk berjuang selama kita masih hidup, adapun jalan untuk berjuang itu bermacam-macam, seperti lewat pendidikan, politik, dan sosial masyarakat asalkan bermanfaat bagi agama, masyarakat, bangsa dan negara.”
Ponpes Al Amin didirikan pada tahun 1995 oleh K.H. Muhammad Anwar Iskandar. Beliau mendirikan pondok pesantren ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memberikan tempat yang sehat (suasana yang religius) dan mempunyai akhlaqul karimah kepada para pelajar agar mereka terhindar dari pergaulan yang tidak baik.
Di samping itu, diharapkan para pelajar dapat memperoleh ilmu agama dan umum secara seimbang serta dapat hidup mandiri. Mereka dapat belajar berinteraksi dengan lingkunganya baik sesama teman, masyarakat. Hal ini juga tidak terlepas dari keinginan masyarakat untuk menempatkan putra putrinya dalam pondok pesantren. Karena para orang tua khawatir anak - anaknya akan terjerumus dalam lingkungan yang tidak baik (pergaulan bebas) dan mengharapkan anaknya mendapatkan ilmu agama dan umum yang bermanfaat.
B. Perkembangan Pendidikannya
Pada awalnya pondok pesantren ini hanya mengkaji kitab-kitab klasik dan al-Qur'an. Baru pada tahun 1998 didirikan madrasah diniyah dengan sistem klasikal. Mereka yang mondok harus mengikutinya dan dibedakan antara santri satu dengan yang lain sesuai dengan kemampuannya dalam memahami kitab kuning.
Pada awalnya sekolah diniyah ini hanya ada tiga kelas dan mushalla adalah sebagai pusat proses belajar mengajar. Antara kelas 1, 2 dan 3 hanya dipisah oleh papan. Kemudian pada tahun 2004-2005 jumlah kelas menjadi 4 kelas, 1 sampai 3 tingkat ibtida' (awal) dan yang satu tingkat tsanawiyah. Pada tahun 2005 dibuka SMK Al-Amin. Sehingga dalam proses belajar mengajar menggunakan fasilitas tersebut, karena madrasah diniyah masuknya pada malam hari yaitu jam 19.00 wib. Adapun kepala sekolah diniyah adalah kyai Abdul Kholiq Ali dari Pasuruan.
Setelah kyai Abdul Kholiq Ali diganti oleh menantu K.H. Muhammad Anwar Iskandar yaitu H. Agus Fuad Fajrus Shobah dari Blitar, maka ada sedikit pergantian nama kelas, yang dulunya satu tsanawiyah diganti kelas empat ibtida' sampai sekarang, adapun jumlah kelas ada enam. Karena setiap ajaran baru santri bertambah banyak. Adapun jumlah santri sekarang sekitar 400 anak. Mereka berasal dari berbagai daerah seperti Jakarta, Ciamis, Banyuwangi, Brebes dan lain-lain, dan ada juga yang dari luar Jawa seperti Riau dan Lampung.
Jadi perkembangan pendidikan di pondok pesantren Al-Amin ini sangat bagus. Yang dulunya belum ada diniyah dan sekolah formal, sekarng sudah ada.
Daftar Tabel I
Fasilitas Pondok Pesantren Al-Amin (Pondok Putra)
No. Nama Fasilitas Jumlah
1 Kamar Santri 10 kamar
2 Ruang Kantor 1 ruang
3 Ruang Tamu 1 ruang
4 Ruang Keamanan 1 ruang
5 Rentalan 1 ruang
6 Gedung Madrasah 6 ruang (menggunakan SMK Al-Amin)
7 Kantin 1 ruang
8 Dapur 1 ruang
9 Kamar Mandi / WC 8 kamar dan 1 ruang besar yang disekat menjadi 12 ruang kecil
10 Mushalla 1 bangunan
11 Lapangan sepak bola 1 area
Daftar Tabel II
Fasilitas Pondok Pesantren Al-Amin (Pondok Putri)
No. Nama Fasilitas Jumlah
1 Kamar Santri 30 kamar
2 Ruang Kantor 1 ruang
3 Ruang Tamu 1 ruang
4 Ruang Keamanan 1 ruang
5 Warnet 1 ruang
6 Kantin 1 ruang
7 Dapur 1 ruang
8 Kamar Mandi / WC 1 ruang besar yang disekat menjadi 15 ruang kecil
9 Aula 1 bangunan
11 Koperasi 1 ruang
Adapun keberadaan SMK Al-Amin bertujuan untuk menarik minat para santri untuk belajar di lembaga formal agar nantinya para santri selain memiliki ilmu agama juga memiliki skill secara formal. Keberadaan SMK Al-Amin juga bertujuan agar siswa yang belajar di lembaga tersebut dapat ikut mondok, disamping mempunyai keterampilan secara formal juga mendalami ilmu agama. Jadi antara ilmu agama, umum dan skill bisa mereka peroleh dengan seimbang.
C. Letak Geografis
Pondok pesantren Al-Amin terletak di Desa Ngasinan Kecamatan Rejomulyo Kota Kediri. Berdiri di atas areal tanah seluas + 1/2 hektar. Letaknya yang dekat dengan sekolah – sekolah formal menyebabkan pondok pesantren Al-Amin menjadi tempat tujuan para pelajar dan mahasiswa yang ingin mondok.
Dalam peta geografis pondok pesantren Al-Amin berada di antara sekolah-sekolah sebagai berikut.
- Sebelah barat adalah sekolah SMP 7 dan SMA 6
- Sebelah timur adalah sekolah MI Mamba'ul Ulum
- Sebelah utara adalah STAIN, MAN 2 dan MTSN 2 dan juga SMK Al-Amin
- Sebelah selatan rumah penduduk.
D. Biografi K.H. Muhammad Anwar Iskandar
1. Latar belakang Keluarga dan Lingkungan
K.H. Muhammad Anwar Iskandar dilahirkan di Desa Berasan, Kecamatan Muncar, Banyuwangi pada tanggal 24 April 1950. Menurut silsilah, ayah K.H. Muh. Anwar Iskandar bernama K.H. Iskandar (Askandar), pendiri dan pengasuh pondok pesantren “Mambaul Ulum” Berasan, Muncar, Banyuwangi. Kyai Iskandar adalah putra dari kyai Abda’. Kyai Abda’ adalah putra dari Kyai Abdullah Said bin Wardoyo. Kyai Wardoyo adalah menantu dari K.H. Zainal Abidin kakek dari Kyai Shaleh yang mempunyai keturunan para kyai pendiri pondok pesantren di Kediri seperti Lirboyo.
Adapun dari garis keturunan ibu, ibu K.H. Muh. Anwar Iskandar bernama Nyai Siti Robi’ah al-Adawiyah binti Kyai Abdul Manan. Nyai Abdul Manan adalah putrinya Nyai Hasanah. Nyai Hasanah adalah putri dari Kyai Abbas, Cempoko Talun Blitar. Kyai Abbas adalah putra dari Kyai Nur Syiam, Celonan Keras Kediri. Kyai Nur Syiam putra dari Kyai Syahiddin. Kyai Syahiddin adalah putra dari Sahcahnyoto. Setengah cerita Sahcahnyoto adalah raja Panjalu Tasik Malaya.
K.H. Muh. Anwar Iskandar menikah pertama pada tahun 1975. Pada saat itu beliau dinikahkan oleh K.H. Mahrus Ali dengan seorang wanita asal Jamsaren Kediri bernama Nyai Qoni’atus Zahro, putri dari pengasuh Pondok Pesantren Assa'idiyah Jamsaren, yaitu Kyai Sa'id. Dari pernikahan pertama ini K.H. Muh. Anwar Iskandar dikaruniai satu putra dan lima putri.
Pada tahun 1990 K.H. Muhammad Anwar Iskandar menikah kedua kalinya dengan ibu Nyai Hj. Yayan Handayani dari Bogor yang sekarang mendiami pondok pesantren Al-Amin. Dari pernikahan ini beliau dikaruniai tiga putra dan satu putri.
2. Latar Belakang Pendidikan
Pendidikan K.H. Muhammad Anwar Iskandar dimulai sejak K.H. Muh. Anwar Iskandar masih dalam asuhan keluarganya. Melalui keluarganya, beliau dididik agar suatu saat bisa menjadi penerus ayahnya.
Sebagaimana yang dilakoni kyai – kyai salaf, K.H. Muh. Anwar Iskandar menimba ilmu dari pesantren yang satu ke pesantren yang lain, sebagai santri “kelana” yang menjelajah pesantren-pesantren untuk memuaskan keinginanannya mempelajari agama Islam. Disamping itu beliau juga menimba ilmu pengetahuan umum di sekolah-sekolah formal. Adapun kronologis perjalanan K.H. Muh. Anwar Iskandar dalam menempuh pendidikannya adalah sebagai berikut :
1) Pertama kali K.H. Muh. Anwar Iskandar mengaji kitab-kitab salaf dalam asuhan orang tuanya sendiri di pondok pesantren “Mamba’ul Ulum” Berasan Muncar Banyuwangi.
2) Selain tetap nyantri pada ayahandanya, K.H. Muhammad Anwar Iskandar dimasukkan ke M.I yang ada di lingkungan pondok pesantren Mamba’ul Ulum , pada tahun 1955.
3) Pada tahun 1961, K.H. Muh. Anwar Iskandar melanjutkan jenjang pendidikannya ke MTs di lingkungan yang sama dengan tetap mengaji kitab-kitab salaf di bawah asuhan ayahandanya.
4) Pada tahun 1964, K.H. Muh. Anwar Iskandar memasuki M.A di lingkungan yang sama dan tetap mengaji kitab-kitab kuning di bawah bimbingan ayahnya.
5) Pada tahun 1967, K.H. Muh. Anwar Iskandar berangkat ke Pondok Pesantren Lirboyo Kediri selama empat tahun di bawah asuhan K.H. Mahrus Ali. Selain mengaji di Lirboyo, beliau juga pernah mengaji di pondok pesantren lainnya seperti Ploso Kediri, Sarang Rembang, Minggen Demak, dan ilmu Falak di Jember.
6) Disamping menempuh pendidikan di pondok pesantren K.H. Muh. Anwar Iskandar juga meneruskan jenjang pendidikan formalnya di Perguruan Tinggi (PT) Tribakti Kediri. Sampai pada tahun 1969 K.H. Muh. Anwar Iskandar menyandang gelar Sarjana Muda.
7) Pada tahun 1970, K.H. Muh. Anwar Iskandar meninggalkan pondok pesantren Lirboyo Kediri menuju Jakarta untuk menyelesaikan program sarjana lengkap di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil Fakultas Adab Jurusan Sastra Arab.
Setelah selesai di Jakarta, K.H. Muh. Anwar Iskandar tidak langsung pulang ke kampung halamannya untuk berdakwah dikarenakan di sana telah banyak pemuka agama (tokoh agama). Akhirnya beliau memutuskan menuju kota Kediri. Sampai di kota Kediri yakni, K.H. Muh. Anwar Iskandar langsung mengadakan kegiatan dakwah.
3. Aktifitas K.H. Muhammad Anwar Iskandar dalam bidang Pendidikan, Politik dan Dakwah
Setelah pernikahan pertamanya, K.H. Muh. Anwar Iskandar berusaha untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatnya dari melalalang buana melalui dakwah kepada masyarakat. Untuk mewujudkan keinginan tersebut K.H. Muh. Anwar Iskandar untuk berjuang agar berguna bagi agama, masyarakat, bangsa dan membekali generasi muda agar tidak kosong nilai (memiiliki ilmu dan akhlak), fondasi agama dan bertaqwa kepada Allah. Maka K.H. Muh. Anwar Iskandar masuk dalam berbagai organisasi. Karena dengan organisasi tersebut bisa menjadi pendukung dalam perjuangan K.H. Muh. Anwar Iskandar sehingga mengantarkan kesuksesannya.
Disamping itu, sebagai sumbangsih terhadap Bangsa dan Negara Indonesia, K.H. Muh. Anwar Iskandar mendirikan Yayasan Pendidikan Assa'idiyah di Jamsaren dan Al-Amin di Ngasinan Rejomulyo untuk menampung para santri yang ingin belajar ilmu agama.
Secara kronologis aktifitas K.H. Muh. Anwar Iskandar dalam berbagai organisasi dapat digambarkan sebagai berikut :
Bidang Pendidikan
1) Sejak didirikannya yayasan Assa'idiyah pada tahun 1982 sampai sekarang, K.H. Muh. Anwar Iskandar tetap dipercaya sebagai ketua yayasan ini. Di lingkungan yayasan beliau berhasil mengembangkan pendidikan di dalamnya. Ini bisa dilihat dengan berdirinya sebuah lembaga pendidikan yang ada di yayasan Assa'idiyah seperti TK kusuma mulia, SDI YP Assa'idiyah, Mts Nurul Ula, MA Nurul Ula dan SMU Islam YP Assa'idiyah.
2) Sejak tahun 1985 sampai sekarang K.H. Muh. Anwar Iskandar mendapat kepercayaan dari Akademis Universitas Islam Kadiri (UNISKA) untuk menduduki jabatan sebagai ketua yayasannya.
3) Sejak didirikannya yayasan Al-Amin pada tahun 1995 hingga sekarang K.H. Muh. Anwar Iskandar tetap di percaya menjabat ketua yayasan Al-Amin dan K.H. Muh. Anwar Iskandar juga membuka SMK di pondok pesantren tersebut.
Bidang Politik (organisasi)
1) Sejak berumur 15 tahun beliau telah menjadi anggota IPNU di Banyuwangi sebagai salah satu pejuang muda di kota tersebut.
2) Saat kuliah di Universitas Tribakti, beliau sangat aktif dalam organisasi PMII dan menjabat sebagai ketua.
3) Saat kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta masih aktif dalam organisasi PMII dan menjadi pimpinan pusat.
4) Pada tahun 1975, K.H. Muh. Anwar Iskandar dipercaya untuk memimpin Gerakan Pemuda Ansor (ketua GP Ansor) cabang kotamadya Kediri. Jabatan itu di embannya selama dua periode atau selama 8 tahun.
5) Pada tahun 1982 masyarakat NU wilayah Kotamadya Kediri mempercayai K.H. Muh. Anwar Iskandar untuk memimpin organisasi mereka. Dari keberhasilan dalam membawa organisasi ini, maka K.H. Muh. Anwar Iskandar dipilih lagi untuk memimpin organisasi ini selama dua periode.
6) Selanjutnya pada tahun 1992, K.H. Muh. Anwar Iskandar dipercaya untuk menjabat ketua Roisy Syuriyah NU cabang kota Kediri, selama 5 tahun.
7) Tahun 1997 K.H. Muh. Anwar Iskandar diangkat menjdi wakil ketua Roisy Syuriyah NU wilayah Jawa Timur.
8) Setelah itu pada tahun 1998 K.H. Muh. Anwar Iskandar di angkat menjadi ketua Dewan Syuro (PKB) wilayah Jawa Timur dan juga menjabat sebagai anggota MPR dari utusan daerah Jawa Timur.
9) Pada tahun 2008 K.H. Muh. Anwar Iskandar menjadi ketua DPP PKNU yaitu partai baru yang didirikan oleh para ulama.
Bidang Da'wah
Sebagai langkah awal dari perjuangan K.H. Muh. Anwar Iskandar dalam mengembangkan pendidikan adalah dengan melakukan serangkaian dakwah kepada masyarakat di wilayah Kediri. Sampai sekarang K.H. Muh. Anwar Iskandar sudah dikenal masyarakat luas sampai diluar daerah Kediri sebagai seorang da'i atau kyai.
Keberhasilan K.H. Muh. Anwar Iskandar dalam melaksanakan dakwah tidak lepas dari beberapa pengalaman K.H. Muh. Anwar Iskandar selama menjadi santri, siswa dan mahasiswa. Dari pengalaman dan pengetahuan yang K.H. Muh. Anwar Iskandar peroleh selama menuntut ilmu di berbagai lembaga pendidikan tersebut telah berhasil membuka wawasan K.H. Muh. Anwar Iskandar, sehingga setelah terjun di tengah-tengah masyarakat secara langsung K.H. Muh. Anwar Iskandar tidak banyak mengalami rintangan.
K.H. Muh. Anwar Iskandar pernah berkata "keluarga saya mengajarkan untuk berjuang selama kita masih hidup, adapun jalan untuk berjuang itu bermacam-macam, seperti lewat pendidikan, politik, dan sosial masyarakat asalkan bermanfaat bagi agama, masyarakat, bangsa dan negara.”
Biografi K.H. Muhammad Anwar Iskandar
1. Latar belakang Keluarga dan Lingkungan
K.H. Muhammad Anwar Iskandar dilahirkan di Desa Berasan, Kecamatan Muncar, Banyuwangi pada tanggal 24 April 1950. Menurut silsilah, ayah K.H. Muh. Anwar Iskandar bernama K.H. Iskandar (Askandar), pendiri dan pengasuh pondok pesantren “Mambaul Ulum” Berasan, Muncar, Banyuwangi. Kyai Iskandar adalah putra dari kyai Abda’. Kyai Abda’ adalah putra dari Kyai Abdullah Said bin Wardoyo. Kyai Wardoyo adalah menantu dari K.H. Zainal Abidin kakek dari Kyai Shaleh yang mempunyai keturunan para kyai pendiri pondok pesantren di Kediri seperti Lirboyo.
Adapun dari garis keturunan ibu, ibu K.H. Muh. Anwar Iskandar bernama Nyai Siti Robi’ah al-Adawiyah binti Kyai Abdul Manan. Nyai Abdul Manan adalah putrinya Nyai Hasanah. Nyai Hasanah adalah putri dari Kyai Abbas, Cempoko Talun Blitar. Kyai Abbas adalah putra dari Kyai Nur Syiam, Celonan Keras Kediri. Kyai Nur Syiam putra dari Kyai Syahiddin. Kyai Syahiddin adalah putra dari Sahcahnyoto. Setengah cerita Sahcahnyoto adalah raja Panjalu Tasik Malaya.
K.H. Muh. Anwar Iskandar menikah pertama pada tahun 1975. Pada saat itu beliau dinikahkan oleh K.H. Mahrus Ali dengan seorang wanita asal Jamsaren Kediri bernama Nyai Qoni’atus Zahro, putri dari pengasuh Pondok Pesantren Assa'idiyah Jamsaren, yaitu Kyai Sa'id. Dari pernikahan pertama ini K.H. Muh. Anwar Iskandar dikaruniai satu putra dan lima putri.
Pada tahun 1990 K.H. Muhammad Anwar Iskandar menikah kedua kalinya dengan ibu Nyai Hj. Yayan Handayani dari Bogor yang sekarang mendiami pondok pesantren Al-Amin. Dari pernikahan ini beliau dikaruniai tiga putra dan satu putri.
2. Latar Belakang Pendidikan
Pendidikan K.H. Muhammad Anwar Iskandar dimulai sejak K.H. Muh. Anwar Iskandar masih dalam asuhan keluarganya. Melalui keluarganya, beliau dididik agar suatu saat bisa menjadi penerus ayahnya.
Sebagaimana yang dilakoni kyai – kyai salaf, K.H. Muh. Anwar Iskandar menimba ilmu dari pesantren yang satu ke pesantren yang lain, sebagai santri “kelana” yang menjelajah pesantren-pesantren untuk memuaskan keinginanannya mempelajari agama Islam. Disamping itu beliau juga menimba ilmu pengetahuan umum di sekolah-sekolah formal. Adapun kronologis perjalanan K.H. Muh. Anwar Iskandar dalam menempuh pendidikannya adalah sebagai berikut :
1) Pertama kali K.H. Muh. Anwar Iskandar mengaji kitab-kitab salaf dalam asuhan orang tuanya sendiri di pondok pesantren “Mamba’ul Ulum” Berasan Muncar Banyuwangi.
2) Selain tetap nyantri pada ayahandanya, K.H. Muhammad Anwar Iskandar dimasukkan ke M.I yang ada di lingkungan pondok pesantren Mamba’ul Ulum , pada tahun 1955.
3) Pada tahun 1961, K.H. Muh. Anwar Iskandar melanjutkan jenjang pendidikannya ke MTs di lingkungan yang sama dengan tetap mengaji kitab-kitab salaf di bawah asuhan ayahandanya.
4) Pada tahun 1964, K.H. Muh. Anwar Iskandar memasuki M.A di lingkungan yang sama dan tetap mengaji kitab-kitab kuning di bawah bimbingan ayahnya.
5) Pada tahun 1967, K.H. Muh. Anwar Iskandar berangkat ke Pondok Pesantren Lirboyo Kediri selama empat tahun di bawah asuhan K.H. Mahrus Ali. Selain mengaji di Lirboyo, beliau juga pernah mengaji di pondok pesantren lainnya seperti Ploso Kediri, Sarang Rembang, Minggen Demak, dan ilmu Falak di Jember.
6) Disamping menempuh pendidikan di pondok pesantren K.H. Muh. Anwar Iskandar juga meneruskan jenjang pendidikan formalnya di Perguruan Tinggi (PT) Tribakti Kediri. Sampai pada tahun 1969 K.H. Muh. Anwar Iskandar menyandang gelar Sarjana Muda.
7) Pada tahun 1970, K.H. Muh. Anwar Iskandar meninggalkan pondok pesantren Lirboyo Kediri menuju Jakarta untuk menyelesaikan program sarjana lengkap di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil Fakultas Adab Jurusan Sastra Arab.
Setelah selesai di Jakarta, K.H. Muh. Anwar Iskandar tidak langsung pulang ke kampung halamannya untuk berdakwah dikarenakan di sana telah banyak pemuka agama (tokoh agama). Akhirnya beliau memutuskan menuju kota Kediri. Sampai di kota Kediri yakni, K.H. Muh. Anwar Iskandar langsung mengadakan kegiatan dakwah.
3. Aktifitas K.H. Muhammad Anwar Iskandar dalam bidang Pendidikan, Politik dan Dakwah
Setelah pernikahan pertamanya, K.H. Muh. Anwar Iskandar berusaha untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatnya dari melalalang buana melalui dakwah kepada masyarakat. Untuk mewujudkan keinginan tersebut K.H. Muh. Anwar Iskandar untuk berjuang agar berguna bagi agama, masyarakat, bangsa dan membekali generasi muda agar tidak kosong nilai (memiiliki ilmu dan akhlak), fondasi agama dan bertaqwa kepada Allah. Maka K.H. Muh. Anwar Iskandar masuk dalam berbagai organisasi. Karena dengan organisasi tersebut bisa menjadi pendukung dalam perjuangan K.H. Muh. Anwar Iskandar sehingga mengantarkan kesuksesannya.
Disamping itu, sebagai sumbangsih terhadap Bangsa dan Negara Indonesia, K.H. Muh. Anwar Iskandar mendirikan Yayasan Pendidikan Assa'idiyah di Jamsaren dan Al-Amin di Ngasinan Rejomulyo untuk menampung para santri yang ingin belajar ilmu agama.
Secara kronologis aktifitas K.H. Muh. Anwar Iskandar dalam berbagai organisasi dapat digambarkan sebagai berikut :
Bidang Pendidikan
1) Sejak didirikannya yayasan Assa'idiyah pada tahun 1982 sampai sekarang, K.H. Muh. Anwar Iskandar tetap dipercaya sebagai ketua yayasan ini. Di lingkungan yayasan beliau berhasil mengembangkan pendidikan di dalamnya. Ini bisa dilihat dengan berdirinya sebuah lembaga pendidikan yang ada di yayasan Assa'idiyah seperti TK kusuma mulia, SDI YP Assa'idiyah, Mts Nurul Ula, MA Nurul Ula dan SMU Islam YP Assa'idiyah.
2) Sejak tahun 1985 sampai sekarang K.H. Muh. Anwar Iskandar mendapat kepercayaan dari Akademis Universitas Islam Kadiri (UNISKA) untuk menduduki jabatan sebagai ketua yayasannya.
3) Sejak didirikannya yayasan Al-Amin pada tahun 1995 hingga sekarang K.H. Muh. Anwar Iskandar tetap di percaya menjabat ketua yayasan Al-Amin dan K.H. Muh. Anwar Iskandar juga membuka SMK di pondok pesantren tersebut.
Bidang Politik (organisasi)
1) Sejak berumur 15 tahun beliau telah menjadi anggota IPNU di Banyuwangi sebagai salah satu pejuang muda di kota tersebut.
2) Saat kuliah di Universitas Tribakti, beliau sangat aktif dalam organisasi PMII dan menjabat sebagai ketua.
3) Saat kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta masih aktif dalam organisasi PMII dan menjadi pimpinan pusat.
4) Pada tahun 1975, K.H. Muh. Anwar Iskandar dipercaya untuk memimpin Gerakan Pemuda Ansor (ketua GP Ansor) cabang kotamadya Kediri. Jabatan itu di embannya selama dua periode atau selama 8 tahun.
5) Pada tahun 1982 masyarakat NU wilayah Kotamadya Kediri mempercayai K.H. Muh. Anwar Iskandar untuk memimpin organisasi mereka. Dari keberhasilan dalam membawa organisasi ini, maka K.H. Muh. Anwar Iskandar dipilih lagi untuk memimpin organisasi ini selama dua periode.
6) Selanjutnya pada tahun 1992, K.H. Muh. Anwar Iskandar dipercaya untuk menjabat ketua Roisy Syuriyah NU cabang kota Kediri, selama 5 tahun.
7) Tahun 1997 K.H. Muh. Anwar Iskandar diangkat menjdi wakil ketua Roisy Syuriyah NU wilayah Jawa Timur.
8) Setelah itu pada tahun 1998 K.H. Muh. Anwar Iskandar di angkat menjadi ketua Dewan Syuro (PKB) wilayah Jawa Timur dan juga menjabat sebagai anggota MPR dari utusan daerah Jawa Timur.
9) Pada tahun 2008 K.H. Muh. Anwar Iskandar menjadi ketua DPP PKNU yaitu partai baru yang didirikan oleh para ulama.
Bidang Da'wah
Sebagai langkah awal dari perjuangan K.H. Muh. Anwar Iskandar dalam mengembangkan pendidikan adalah dengan melakukan serangkaian dakwah kepada masyarakat di wilayah Kediri. Sampai sekarang K.H. Muh. Anwar Iskandar sudah dikenal masyarakat luas sampai diluar daerah Kediri sebagai seorang da'i atau kyai.
Keberhasilan K.H. Muh. Anwar Iskandar dalam melaksanakan dakwah tidak lepas dari beberapa pengalaman K.H. Muh. Anwar Iskandar selama menjadi santri, siswa dan mahasiswa. Dari pengalaman dan pengetahuan yang K.H. Muh. Anwar Iskandar peroleh selama menuntut ilmu di berbagai lembaga pendidikan tersebut telah berhasil membuka wawasan K.H. Muh. Anwar Iskandar, sehingga setelah terjun di tengah-tengah masyarakat secara langsung K.H. Muh. Anwar Iskandar tidak banyak mengalami rintangan.
K.H. Muh. Anwar Iskandar pernah berkata "keluarga saya mengajarkan untuk berjuang selama kita masih hidup, adapun jalan untuk berjuang itu bermacam-macam, seperti lewat pendidikan, politik, dan sosial masyarakat asalkan bermanfaat bagi agama, masyarakat, bangsa dan negara.”
Rabu, 04 Mei 2011
Keseimbangan Hidup Dunia & Akhirat
Indonesia sebuah Negara yang tak henti-hentinya dilanda musibah di beberapa
tahun belakangan ini. seharusnya kita sebagai umat muslim berintrospeksi diri,
sesungguhnya apa yang telah terjadi di muka bumi ini, seperti : tanah longsor,
banjir bandang, tsunami, gempa, dan lain sebagainya musibah yang Allah SWT
berikan kepada negeri ini.
Belajar dari musibah yang Allah berikan kepada kita sebagai hambanya. Maka
sudah sepantasnya kita intorspeksi terhadap kesalahan yang telah kita perbuat
baik kita sebagai Insan individu melainkan terdapat dalam satu ruang lingkup
komunitas mencakup organisasi, perusahaan dan lain sebagainya. Kemudian harus
berpikir bagaimana merubah kondisi ini lebih baik dari semula. Dimana Allah
berfirman :
“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.
Ayat ini sesungguhnya memberikan hikmah yang begitu besar, bahwasanya Allah
tidak akan merubah suatu keadaan kaum, bangsa dan Negara, melainkan mereka yang
ada di kaum (Negara) tersebut tidak merubah dan introspeksi diri apa yang
menjadi penyebab kemunduran, kekacauan dan krisis multidimensi yang melanda
negeri ini.
Dan inilah bagi kita sebagai hamba Allah selalu senantiasa beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT, karena dengan beriman dan bertakwa kepada Allah kita
akan diberikan hidayah dan taufiknya.
Allah berfirman :
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya”.
Kunci dari masing-masing individu adalah selalu beriman dan bertakwa kepada
Allah SWT. Dengan beriman dan bertakwa Allah akan memberikan keberkahan baik
dari langit dan bumi yang merupakan rezeki yang tak ternilai, dikarenakan
begitu banyak yang Allah berikan kepada kita.
Jikalau kebalikannya, artinya hamba Allah (manusia) yang ada dibumi ini,
mayoritas tidak mau beriman dan bertakwa, maka yang terjadi kondisi sekarang
ini, kita dilanda kesusahan terutama dalam bidang perekonomian. Padahal
Indonesia dengan kekayaan yang melimpah ruah yang Allah berikan kepada kita,
seperti : hasil tambang (minyak, batu bara, emas), hasil laut (ikan, rumput
laut), hasil pertanian dan lain sebagainya. Akhirnya walaupun, kekayaan yang
kita miliki melimpah tetapi karena khalifah fil ard (manusia) tidak memiliki
jiwa keimanan dan ketakwaan, maka Allah memerikan peringatan dan teguran.
Dimana Allah berfirman dalam QS, ar-Ruum, 30: 41
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar), QS,
ar-Ruum: 41.
Ayat ini memberi pelajaran kepada kita agar berhati-hati dalam mengambil
kebijakan dan memberi peringatan agar kita tidak berlaku boros dalam
menggunakan sumber daya yang dianugerahkan oleh Allah dan agar kita dapat
mengelolanya secara benar termasuk berlaku adil terhadap sesama manusia dan
alam sekitar kita.
Inilah peringatan Allah SWT sebagai akibat kelalaian atau dosa yang telah
diperbuat oleh hamba yang ada di bangsa ini.
Bagaimana Konsep Kehidupan Tawazun (dunia & akhirat)
Konsep hidup seorang muslim adalah terwujunya keseimbangan hakiki antara
tujuan material (kebendaan) dan spiritual (kerohanian). Oleh karenanya, kita
diajarkan untuk menjaga keseimbangan antara mengejar kemaslahatan dunia dan
kebahagiaan diakhirat. Allah Swt berfirman:
وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار(201)
Artinya: "Dan diantara mereka ada orang yang berdoa: Ya Tuhan kami,
berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan periharalah kami
dari siksa neraka". (QS, Al Baqarah: 201)
Allah SWT telah memberikan amanah kepada umat manusia untuk menjadi khalifah
dimuka bumi ini. Berkaitan dengan amanah tersebut Allah SWT memberi kewenangan
kepada manusia untuk memanfaatkan segala sumber daya yang ada di muka bumi
dalam batas kewajaran untuk kemaslahatan bersama. Allah SWT berfirman:
وَابْتَغِ فِيمَآءَاتَاكَ اللهُ الدَّارَ اْلأَخِرَةَ ولاَتَنْسَ نَصِيبَكَ
مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِن كَمَآأَحْسَنَ اللهُ إِلَيْكَ وَلاَتَبْغِ الْفَسَادَ
فِي اْلأَرْضِ إِنَّ اللهَ لاَيُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ {77}
Artinya: "Dan carilah apa yang telah diberikan Allah kepadamu dari kehidupan
akhirat, dan janganlah engkau melupakan bagian kehidupanmu di dunia. Dan
berbuat baiklah engkau sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan
jangan engkau mencari kerusakan di muka bumi" (QS. Al- Qashash: 77 )
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِاْلأَخْسَرِينَ أَعْمَالاً {103} الَّذِينَ ضَلَّ
سَعْيَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ
صُنْعًا {104}
Artinya: "Katakanlah: Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang
orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang telah sia-sia
perbuatannya dalam kehidupan di dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka
berbuat sebaik-baiknya". (QS, Al-Kahfi: 103-104)
Bila kita simak makna yang tersirat dan tersurat dalam ayat tersebut
menunjukan bahwa falsafah kehidupan bermuamalah (ekonomi) dalam Islam harus
berpijak pada upaya untuk menjalankan aktivitas perekonomian dengan berpegang
kepada perintah dan larangan Allah, yang didasarkan pada kesadaran adanya
hubungan manusia dengan Allah SWT.
Wallahu’alam bisshowab
tahun belakangan ini. seharusnya kita sebagai umat muslim berintrospeksi diri,
sesungguhnya apa yang telah terjadi di muka bumi ini, seperti : tanah longsor,
banjir bandang, tsunami, gempa, dan lain sebagainya musibah yang Allah SWT
berikan kepada negeri ini.
Belajar dari musibah yang Allah berikan kepada kita sebagai hambanya. Maka
sudah sepantasnya kita intorspeksi terhadap kesalahan yang telah kita perbuat
baik kita sebagai Insan individu melainkan terdapat dalam satu ruang lingkup
komunitas mencakup organisasi, perusahaan dan lain sebagainya. Kemudian harus
berpikir bagaimana merubah kondisi ini lebih baik dari semula. Dimana Allah
berfirman :
“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.
Ayat ini sesungguhnya memberikan hikmah yang begitu besar, bahwasanya Allah
tidak akan merubah suatu keadaan kaum, bangsa dan Negara, melainkan mereka yang
ada di kaum (Negara) tersebut tidak merubah dan introspeksi diri apa yang
menjadi penyebab kemunduran, kekacauan dan krisis multidimensi yang melanda
negeri ini.
Dan inilah bagi kita sebagai hamba Allah selalu senantiasa beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT, karena dengan beriman dan bertakwa kepada Allah kita
akan diberikan hidayah dan taufiknya.
Allah berfirman :
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya”.
Kunci dari masing-masing individu adalah selalu beriman dan bertakwa kepada
Allah SWT. Dengan beriman dan bertakwa Allah akan memberikan keberkahan baik
dari langit dan bumi yang merupakan rezeki yang tak ternilai, dikarenakan
begitu banyak yang Allah berikan kepada kita.
Jikalau kebalikannya, artinya hamba Allah (manusia) yang ada dibumi ini,
mayoritas tidak mau beriman dan bertakwa, maka yang terjadi kondisi sekarang
ini, kita dilanda kesusahan terutama dalam bidang perekonomian. Padahal
Indonesia dengan kekayaan yang melimpah ruah yang Allah berikan kepada kita,
seperti : hasil tambang (minyak, batu bara, emas), hasil laut (ikan, rumput
laut), hasil pertanian dan lain sebagainya. Akhirnya walaupun, kekayaan yang
kita miliki melimpah tetapi karena khalifah fil ard (manusia) tidak memiliki
jiwa keimanan dan ketakwaan, maka Allah memerikan peringatan dan teguran.
Dimana Allah berfirman dalam QS, ar-Ruum, 30: 41
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar), QS,
ar-Ruum: 41.
Ayat ini memberi pelajaran kepada kita agar berhati-hati dalam mengambil
kebijakan dan memberi peringatan agar kita tidak berlaku boros dalam
menggunakan sumber daya yang dianugerahkan oleh Allah dan agar kita dapat
mengelolanya secara benar termasuk berlaku adil terhadap sesama manusia dan
alam sekitar kita.
Inilah peringatan Allah SWT sebagai akibat kelalaian atau dosa yang telah
diperbuat oleh hamba yang ada di bangsa ini.
Bagaimana Konsep Kehidupan Tawazun (dunia & akhirat)
Konsep hidup seorang muslim adalah terwujunya keseimbangan hakiki antara
tujuan material (kebendaan) dan spiritual (kerohanian). Oleh karenanya, kita
diajarkan untuk menjaga keseimbangan antara mengejar kemaslahatan dunia dan
kebahagiaan diakhirat. Allah Swt berfirman:
وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار(201)
Artinya: "Dan diantara mereka ada orang yang berdoa: Ya Tuhan kami,
berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan periharalah kami
dari siksa neraka". (QS, Al Baqarah: 201)
Allah SWT telah memberikan amanah kepada umat manusia untuk menjadi khalifah
dimuka bumi ini. Berkaitan dengan amanah tersebut Allah SWT memberi kewenangan
kepada manusia untuk memanfaatkan segala sumber daya yang ada di muka bumi
dalam batas kewajaran untuk kemaslahatan bersama. Allah SWT berfirman:
وَابْتَغِ فِيمَآءَاتَاكَ اللهُ الدَّارَ اْلأَخِرَةَ ولاَتَنْسَ نَصِيبَكَ
مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِن كَمَآأَحْسَنَ اللهُ إِلَيْكَ وَلاَتَبْغِ الْفَسَادَ
فِي اْلأَرْضِ إِنَّ اللهَ لاَيُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ {77}
Artinya: "Dan carilah apa yang telah diberikan Allah kepadamu dari kehidupan
akhirat, dan janganlah engkau melupakan bagian kehidupanmu di dunia. Dan
berbuat baiklah engkau sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan
jangan engkau mencari kerusakan di muka bumi" (QS. Al- Qashash: 77 )
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِاْلأَخْسَرِينَ أَعْمَالاً {103} الَّذِينَ ضَلَّ
سَعْيَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ
صُنْعًا {104}
Artinya: "Katakanlah: Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang
orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang telah sia-sia
perbuatannya dalam kehidupan di dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka
berbuat sebaik-baiknya". (QS, Al-Kahfi: 103-104)
Bila kita simak makna yang tersirat dan tersurat dalam ayat tersebut
menunjukan bahwa falsafah kehidupan bermuamalah (ekonomi) dalam Islam harus
berpijak pada upaya untuk menjalankan aktivitas perekonomian dengan berpegang
kepada perintah dan larangan Allah, yang didasarkan pada kesadaran adanya
hubungan manusia dengan Allah SWT.
Wallahu’alam bisshowab
Keseimbangan Antara Dunia Dan Akhirat
Masalah ekonomi umat Islam rata-rata pada saat sekarang belum menggembirakan, meskipun terdapat banyak negara Islam yang dianugerahkan sumber daya alam yaitu minyak dan gas bumi yang berlimpah-ruah, terutama di Timur Tengah, belum ada satu negara Islam pun yang layak digolongkan dalam kategori negara maju. Hanya ada lima negara Islam, dengan jumlah penduduk tidak lebih dari 6 juta jiwa yang saat ini dikategorikan sebagai negara yang berpendapatan tinggi akan tetapi masih jauh dari kategori negara maju. Sedangkan lebih dari 20 negara Islam dengan jumlah penduduk melebihi 600 juta jiwa, tergolong dalam kategori negara berpendapatan rendah dan terbelenggu dalam kemiskinan. Ini mengindikasikan bahwa cuma setengah persen dari total 1200 juta umat Islam saja yang bisa dikatakan kaya sementara lebih dari 50 persen umat Islam berada dalam garis kemiskinan. Kemudian pertanyaan, adakah fenomena ini sejalan dengan ajaran Islam? atau apakah Islam itu sendiri menginginkan umatnya hidup dalam keadaan zuhud?
Kalau kita kembali membuka lembaran sejarah Islam masa lalu, sungguh kita akan tercengang betapa Islam telah mampu merubah nasib umatnya yang dahulunya mundur, naik pada peringkat teratas hingga menjadi sebuah masyarakat yang sangat tinggi tamaddunnya. Masyarakat Islamlah yang telah mencapai puncak kemajuan di berbagai bidang, terutama dalam memperluas dan mendalami berbagai disiplin ilmu, misalnya sains, matematika, astronomi, kedokteran, sastra, filsafat, mantik, ilmu politik, kemiliteran, pembangunan ekonomi dan sebagainya. Masyarakat Islam jugalah yang telah berjaya dalam mengarungi samudera dan menjelajahi bumi bukan sekedar memperluas wilayah dan daerah jajahan saja akan tetapi lebih dari itu menyebarkan Islam dan ilmu pengetahuan di bumi Allah dimana saja mereka berpijak.
Akan tetapi apa yang telah terjadi pada umat Islam saat sekarang, terutama setelah dijajah selama berkurun waktu yang mengakibatkan pudar keunggulannya. Masyarakat Islam menjadi loyo, letih dan lesu, bagaikan seekor burung yang sayapnya patah yang tidak mampu lagi untuk bangkit dan mengepakkan sayapnya, tidak mampu untuk mengembangkan apa yang pernah diraihnya.
Sekarang faktor apa yang paling dominan menyebabkan kemunduran umat Islam pada saat sekarang ini? Apakah hanya faktor penjajahan saja – seperti disebut di atas - atau ada faktor lain? Mungkinkah karena umat Islam hanya lebih mementingkan kehidupan akhirat saja dan sudah melupakan kehidupan duniawinya? Apakah umat Islam sudah melalaikan ajaran Islamnya sendiri yang notabene sebagai agama atau cara hidup yang sempurna?
Untuk menjawabnya mari kita berpijak dari firman Allah SWT "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniwi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan" (QS. Al-Qashash: 77).
Untuk menjelaskan ayat di atas saya akan mencoba menguraikannya ke dalam 3 kategori utama sesuai dengan makna kandungan ayat, yaitu:
1. Kehidupan Akhirat Adalah Tujuan
Allah SWT berfirman, "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat".
Di sini terlihat dengan jelas bahwa yang harus kita kejar adalah kebahagiaan hidup akhirat. Mengapa? Karena di sanalah kehidupan abadi. Tidak ada mati lagi setelah itu. Karenanya dalam ayat yang lain Allah berfirman: "Dan sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya" (QS. Al-Ankabut: 64).
Lalu, apa arti kita hidup di dunia?... Dunia tempat kita mempersiapkan diri untuk akhirat. Sebagai tempat persiapan, dunia pasti akan kita tinggalkan. Ibarat terminal, kita transit di dalamnya sejenak, sampai waktu yang ditentukan, setelah itu kita tinggalkan dan melanjutkan perjalanan lagi. Bila demikian tabiat dunia, mengapa kita terlalu banyak menyita hidup untuk keperluan dunia? Diakui atau tidak, dari 24 jam jatah usia kita dalam sehari, bisa dikatakan hanya beberapa persen saja yang kita gunakan untuk persiapan akhirat. Selebihnya bisa dipastikan terkuras habis oleh kegiatan yang berputar-putar dalam urusan dunia.
Coba kita ingat nikmat Allah yang tak terhingga, setiap saat mengalir dalam tubuh kita. Tapi mengapa kita lalaikan itu semua. Detakan jantung tidak pernah berhenti. Kedipan mata yang tak terhitung berapa kali dalam sehari, selalu kita nikmati. Tapi kita sengaja atau tidak selalu melupakan hal itu. Kita sering mudah berterima kasih kepada seorang yang berjasa kepada kita, sementara kepada Allah yang senantiasa memanja kita dengan nikmat-nikmatNya, kita sering kali memalingkan ingatan. Akibatnya kita pasti akan lupa akhirat. Dari sini dunia akan selalu menghabiskan waktu kita.
Orang-orang bijak mengatakan bahwa dunia ini hanyalah keperluan, ibarat WC dan kamar mandi dalam sebuah rumah, ia dibangun semata sebagai keperluan. Karenanya siapapun dari penghuni rumah itu akan mendatangi WC atau kamar mandi jika perlu, setelah itu ditinggalkan. Maka sungguh sangat aneh bila ada seorang yang diam di WC sepanjang hari, dan menjadikannya sebagai tujuan utama dari dibangunnya rumah itu. Begitu juga sebenarnya sangat tidak wajar bila manusia sibuk mengurus dunia sepanjang hari dan menjadikannya sebagai tujuan hidup. Sementara akhirat dikesampingkan.
Kemudian bagaimana mensinkronkan atau menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat? Mari kita ikuti kategori ke dua sebagai sambungan penjelasan ayat di atas.
2. Berusaha Memperbaiki Kehidupan Dunia
Allah SWT berfirman: ”Dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu".
Ayat di atas dengan jelas bahwasannya Allah memerintahkan umat Islam untuk selalu berusaha menggapai kebahagiaan akhirat, tetapi jangan melupakan kehidupan di dunia ini. Meskipun kebahagiaan dan kenikmatan dunia bersifat sementara tetapi tetaplah penting dan agar tidak dilupakan, sebab dunia adalah ladangnya akhirat.
Masa depan — termasuk kebahagiaan di akhirat — kita, sangat bergantung pada apa yang diusahakan sekarang di dunia ini. Allah telah menciptakan dunia dan seisinya adalah untuk manusia, sebagai sarana menuju akhirat. Allah juga telah menjadikan dunia sebagai tempat ujian bagi manusia, untuk mengetahui siapa yang paling baik amalnya, siapa yang paling baik hati dan niatnya.
Allah mengingatkan perlunya manusia untuk mengelola dan menggarap dunia ini dengan sebaik-baiknya, untuk kepentingan kehidupan manusia dan keturunannya. Pada saat yang sama Allah juga menegaskan perlunya selalu berbuat baik kepada orang lain dan tidak berbuat kerusakan di muka bumi. Allah mengingatkan: ”Tidakkah kalian perhatikan bahwa Allah telah menurunkan untuk kalian apa-apa yang ada di langit dan di bumi dan menyempurnakan untuk kalian nikmat-Nya lahir dan batin” (QS. Luqman: 20).
Untuk mengelola dan menggarap dunia dengan sebaik-baiknya, maka manusia memerlukan berbagai persiapan, sarana maupun prasarana yang memadai. Karena itu maka manusia perlu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, setidaknya keterampilan yang mencukupi dan profesionalisme yang akan memudahkan dalam proses pengelolaan tersebut.
Meskipun demikian, karena adanya sunatullah, hukum sebab dan akibat, tidak semua manusia pada posisi dan kecenderungan yang sama. Karena itu manusia apa pun; pangkat, kedudukan dan status sosial ekonominya tidak boleh menganggap remeh profesi apa pun, yang telah diusahakan manusia. Allah sendiri sungguh tidak memandang penampakan duniawiah atau lahiriah manusia. Sebaliknya Allah menghargai usaha apa pun, sekecil apa pun atau sehina apa pun menurut pandangan manusia, sepanjang dilakukan secara profesional, baik, tidak merusak dan dilakukan semata-mata karena Allah.
Allah hanya memandang kemauan, kesungguhan dan tekad seorang hamba dalam mengusahakan urusan dunianya secara benar. Allah SWT menegaskan bahwa:”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah kedudukan suatu kaum, sehingga kaum itu mengubah kondisi, kedudukan yang ada pada diri mereka sendiri (melalui kerja keras dan kesungguhannya” (QS. Ar-Ro’d: 11).
Allah juga mengingatkan manusia karena watak yang seringkali serakah, egois /sifat ananiyah dan keakuannya, agar dalam mengelola dunia jangan sampai merugikan orang lain yang hanya akan menimbulkan permusuhan dan pertumpahan darah (perang) antar sesamanya. Manusia seringkali karena keserakahannya berambisi untuk memiliki kekayaan dan harta benda, kekuasaan, pangkat dan kehormatan dengan tidak memperhatikan atau mengabaikan hak-hak Allah, rasul-Nya dan hak-hak manusia lain. Karena itu Allah mengingatkan bahwa selamanya manusia akan terhina dan merugi, jika tidak memperbaiki hubungannya dengan Allah (hablun minallah) dan dengan sesamanya-manusia (hablun minannaas).
Inilah landasan yang penting bagi terciptanya harmonisme kehidupan masyarakat. Ia juga merupakan landasan penting dan prasyarat masyarakat yang bermartabat dan berperadaban menuju terciptanya masyarakat madani yang damai, adil, dan makmur.
3. Menjaga Lingkungan
Sebagai sarana hidup, Allah SWT melarang manusia membuat kerusakan di muka bumi. Mereka boleh mengelola alam, tetapi untuk melestarikan dan bukan merusaknya. Firman Allah dari sambungan ayat di atas: "Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan".
Allah SWT menyindir kita tentang sedikitnya orang yang peduli pada kelestarian lingkungan di muka bumi, firmanNya; "Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil " (QS. Huud ayat 116).
Dalam kaidah Ushul Fikih dikatakan, Ad-dlararu yuzalu: segala bentuk kemudharatan itu mesti dihilangkan. Nabi SAW bersabda : "La dlarara wala dlirara", artinya ialah tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun membahayakan orang lain.
Dari sini dapat dibuat peraturan teknis untuk mencegah kerusakan lingkungan yang pada akhirnya membahayakan kehidupan manusia itu sendiri. Pelanggaran terhadap hal itu, di samping berdosa juga harus dikenai hukuman ta'zir; mulai dari denda, cambuk, penjara, bahkan hukuman mati tergantung tingkat bahaya yang ditimbulkannya.
Karena itu, bila kita ingin terhindar dari berbagai bencana harus ada revolusi total tentang pandangan manusia terhadap alam sekitarnya. Cara pandang kapitalistik dan individualistik yang ada selama ini harus diubah. Ini karena menganggap alam sekitarnya sebagai faktor produksi telah membuat orang rakus, serakah, dan sekaligus oportunis.
Pandangan hidup untuk berkompetisi berdasarkan pada teori Survival on the fittes membuat manusia merusak harmoni kehidupan. Ketidak percayaan pada nikmat Allah yang tiada terhitung membuat manusia membunuh sesama makhluk Allah demi memuaskan kebutuhannya.
Kalau kita kembali membuka lembaran sejarah Islam masa lalu, sungguh kita akan tercengang betapa Islam telah mampu merubah nasib umatnya yang dahulunya mundur, naik pada peringkat teratas hingga menjadi sebuah masyarakat yang sangat tinggi tamaddunnya. Masyarakat Islamlah yang telah mencapai puncak kemajuan di berbagai bidang, terutama dalam memperluas dan mendalami berbagai disiplin ilmu, misalnya sains, matematika, astronomi, kedokteran, sastra, filsafat, mantik, ilmu politik, kemiliteran, pembangunan ekonomi dan sebagainya. Masyarakat Islam jugalah yang telah berjaya dalam mengarungi samudera dan menjelajahi bumi bukan sekedar memperluas wilayah dan daerah jajahan saja akan tetapi lebih dari itu menyebarkan Islam dan ilmu pengetahuan di bumi Allah dimana saja mereka berpijak.
Akan tetapi apa yang telah terjadi pada umat Islam saat sekarang, terutama setelah dijajah selama berkurun waktu yang mengakibatkan pudar keunggulannya. Masyarakat Islam menjadi loyo, letih dan lesu, bagaikan seekor burung yang sayapnya patah yang tidak mampu lagi untuk bangkit dan mengepakkan sayapnya, tidak mampu untuk mengembangkan apa yang pernah diraihnya.
Sekarang faktor apa yang paling dominan menyebabkan kemunduran umat Islam pada saat sekarang ini? Apakah hanya faktor penjajahan saja – seperti disebut di atas - atau ada faktor lain? Mungkinkah karena umat Islam hanya lebih mementingkan kehidupan akhirat saja dan sudah melupakan kehidupan duniawinya? Apakah umat Islam sudah melalaikan ajaran Islamnya sendiri yang notabene sebagai agama atau cara hidup yang sempurna?
Untuk menjawabnya mari kita berpijak dari firman Allah SWT "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniwi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan" (QS. Al-Qashash: 77).
Untuk menjelaskan ayat di atas saya akan mencoba menguraikannya ke dalam 3 kategori utama sesuai dengan makna kandungan ayat, yaitu:
1. Kehidupan Akhirat Adalah Tujuan
Allah SWT berfirman, "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat".
Di sini terlihat dengan jelas bahwa yang harus kita kejar adalah kebahagiaan hidup akhirat. Mengapa? Karena di sanalah kehidupan abadi. Tidak ada mati lagi setelah itu. Karenanya dalam ayat yang lain Allah berfirman: "Dan sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya" (QS. Al-Ankabut: 64).
Lalu, apa arti kita hidup di dunia?... Dunia tempat kita mempersiapkan diri untuk akhirat. Sebagai tempat persiapan, dunia pasti akan kita tinggalkan. Ibarat terminal, kita transit di dalamnya sejenak, sampai waktu yang ditentukan, setelah itu kita tinggalkan dan melanjutkan perjalanan lagi. Bila demikian tabiat dunia, mengapa kita terlalu banyak menyita hidup untuk keperluan dunia? Diakui atau tidak, dari 24 jam jatah usia kita dalam sehari, bisa dikatakan hanya beberapa persen saja yang kita gunakan untuk persiapan akhirat. Selebihnya bisa dipastikan terkuras habis oleh kegiatan yang berputar-putar dalam urusan dunia.
Coba kita ingat nikmat Allah yang tak terhingga, setiap saat mengalir dalam tubuh kita. Tapi mengapa kita lalaikan itu semua. Detakan jantung tidak pernah berhenti. Kedipan mata yang tak terhitung berapa kali dalam sehari, selalu kita nikmati. Tapi kita sengaja atau tidak selalu melupakan hal itu. Kita sering mudah berterima kasih kepada seorang yang berjasa kepada kita, sementara kepada Allah yang senantiasa memanja kita dengan nikmat-nikmatNya, kita sering kali memalingkan ingatan. Akibatnya kita pasti akan lupa akhirat. Dari sini dunia akan selalu menghabiskan waktu kita.
Orang-orang bijak mengatakan bahwa dunia ini hanyalah keperluan, ibarat WC dan kamar mandi dalam sebuah rumah, ia dibangun semata sebagai keperluan. Karenanya siapapun dari penghuni rumah itu akan mendatangi WC atau kamar mandi jika perlu, setelah itu ditinggalkan. Maka sungguh sangat aneh bila ada seorang yang diam di WC sepanjang hari, dan menjadikannya sebagai tujuan utama dari dibangunnya rumah itu. Begitu juga sebenarnya sangat tidak wajar bila manusia sibuk mengurus dunia sepanjang hari dan menjadikannya sebagai tujuan hidup. Sementara akhirat dikesampingkan.
Kemudian bagaimana mensinkronkan atau menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat? Mari kita ikuti kategori ke dua sebagai sambungan penjelasan ayat di atas.
2. Berusaha Memperbaiki Kehidupan Dunia
Allah SWT berfirman: ”Dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu".
Ayat di atas dengan jelas bahwasannya Allah memerintahkan umat Islam untuk selalu berusaha menggapai kebahagiaan akhirat, tetapi jangan melupakan kehidupan di dunia ini. Meskipun kebahagiaan dan kenikmatan dunia bersifat sementara tetapi tetaplah penting dan agar tidak dilupakan, sebab dunia adalah ladangnya akhirat.
Masa depan — termasuk kebahagiaan di akhirat — kita, sangat bergantung pada apa yang diusahakan sekarang di dunia ini. Allah telah menciptakan dunia dan seisinya adalah untuk manusia, sebagai sarana menuju akhirat. Allah juga telah menjadikan dunia sebagai tempat ujian bagi manusia, untuk mengetahui siapa yang paling baik amalnya, siapa yang paling baik hati dan niatnya.
Allah mengingatkan perlunya manusia untuk mengelola dan menggarap dunia ini dengan sebaik-baiknya, untuk kepentingan kehidupan manusia dan keturunannya. Pada saat yang sama Allah juga menegaskan perlunya selalu berbuat baik kepada orang lain dan tidak berbuat kerusakan di muka bumi. Allah mengingatkan: ”Tidakkah kalian perhatikan bahwa Allah telah menurunkan untuk kalian apa-apa yang ada di langit dan di bumi dan menyempurnakan untuk kalian nikmat-Nya lahir dan batin” (QS. Luqman: 20).
Untuk mengelola dan menggarap dunia dengan sebaik-baiknya, maka manusia memerlukan berbagai persiapan, sarana maupun prasarana yang memadai. Karena itu maka manusia perlu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, setidaknya keterampilan yang mencukupi dan profesionalisme yang akan memudahkan dalam proses pengelolaan tersebut.
Meskipun demikian, karena adanya sunatullah, hukum sebab dan akibat, tidak semua manusia pada posisi dan kecenderungan yang sama. Karena itu manusia apa pun; pangkat, kedudukan dan status sosial ekonominya tidak boleh menganggap remeh profesi apa pun, yang telah diusahakan manusia. Allah sendiri sungguh tidak memandang penampakan duniawiah atau lahiriah manusia. Sebaliknya Allah menghargai usaha apa pun, sekecil apa pun atau sehina apa pun menurut pandangan manusia, sepanjang dilakukan secara profesional, baik, tidak merusak dan dilakukan semata-mata karena Allah.
Allah hanya memandang kemauan, kesungguhan dan tekad seorang hamba dalam mengusahakan urusan dunianya secara benar. Allah SWT menegaskan bahwa:”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah kedudukan suatu kaum, sehingga kaum itu mengubah kondisi, kedudukan yang ada pada diri mereka sendiri (melalui kerja keras dan kesungguhannya” (QS. Ar-Ro’d: 11).
Allah juga mengingatkan manusia karena watak yang seringkali serakah, egois /sifat ananiyah dan keakuannya, agar dalam mengelola dunia jangan sampai merugikan orang lain yang hanya akan menimbulkan permusuhan dan pertumpahan darah (perang) antar sesamanya. Manusia seringkali karena keserakahannya berambisi untuk memiliki kekayaan dan harta benda, kekuasaan, pangkat dan kehormatan dengan tidak memperhatikan atau mengabaikan hak-hak Allah, rasul-Nya dan hak-hak manusia lain. Karena itu Allah mengingatkan bahwa selamanya manusia akan terhina dan merugi, jika tidak memperbaiki hubungannya dengan Allah (hablun minallah) dan dengan sesamanya-manusia (hablun minannaas).
Inilah landasan yang penting bagi terciptanya harmonisme kehidupan masyarakat. Ia juga merupakan landasan penting dan prasyarat masyarakat yang bermartabat dan berperadaban menuju terciptanya masyarakat madani yang damai, adil, dan makmur.
3. Menjaga Lingkungan
Sebagai sarana hidup, Allah SWT melarang manusia membuat kerusakan di muka bumi. Mereka boleh mengelola alam, tetapi untuk melestarikan dan bukan merusaknya. Firman Allah dari sambungan ayat di atas: "Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan".
Allah SWT menyindir kita tentang sedikitnya orang yang peduli pada kelestarian lingkungan di muka bumi, firmanNya; "Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil " (QS. Huud ayat 116).
Dalam kaidah Ushul Fikih dikatakan, Ad-dlararu yuzalu: segala bentuk kemudharatan itu mesti dihilangkan. Nabi SAW bersabda : "La dlarara wala dlirara", artinya ialah tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun membahayakan orang lain.
Dari sini dapat dibuat peraturan teknis untuk mencegah kerusakan lingkungan yang pada akhirnya membahayakan kehidupan manusia itu sendiri. Pelanggaran terhadap hal itu, di samping berdosa juga harus dikenai hukuman ta'zir; mulai dari denda, cambuk, penjara, bahkan hukuman mati tergantung tingkat bahaya yang ditimbulkannya.
Karena itu, bila kita ingin terhindar dari berbagai bencana harus ada revolusi total tentang pandangan manusia terhadap alam sekitarnya. Cara pandang kapitalistik dan individualistik yang ada selama ini harus diubah. Ini karena menganggap alam sekitarnya sebagai faktor produksi telah membuat orang rakus, serakah, dan sekaligus oportunis.
Pandangan hidup untuk berkompetisi berdasarkan pada teori Survival on the fittes membuat manusia merusak harmoni kehidupan. Ketidak percayaan pada nikmat Allah yang tiada terhitung membuat manusia membunuh sesama makhluk Allah demi memuaskan kebutuhannya.
Langganan:
Postingan (Atom)