Indonesia sebuah Negara yang tak henti-hentinya dilanda musibah di beberapa
tahun belakangan ini. seharusnya kita sebagai umat muslim berintrospeksi diri,
sesungguhnya apa yang telah terjadi di muka bumi ini, seperti : tanah longsor,
banjir bandang, tsunami, gempa, dan lain sebagainya musibah yang Allah SWT
berikan kepada negeri ini.
Belajar dari musibah yang Allah berikan kepada kita sebagai hambanya. Maka
sudah sepantasnya kita intorspeksi terhadap kesalahan yang telah kita perbuat
baik kita sebagai Insan individu melainkan terdapat dalam satu ruang lingkup
komunitas mencakup organisasi, perusahaan dan lain sebagainya. Kemudian harus
berpikir bagaimana merubah kondisi ini lebih baik dari semula. Dimana Allah
berfirman :
“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.
Ayat ini sesungguhnya memberikan hikmah yang begitu besar, bahwasanya Allah
tidak akan merubah suatu keadaan kaum, bangsa dan Negara, melainkan mereka yang
ada di kaum (Negara) tersebut tidak merubah dan introspeksi diri apa yang
menjadi penyebab kemunduran, kekacauan dan krisis multidimensi yang melanda
negeri ini.
Dan inilah bagi kita sebagai hamba Allah selalu senantiasa beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT, karena dengan beriman dan bertakwa kepada Allah kita
akan diberikan hidayah dan taufiknya.
Allah berfirman :
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya”.
Kunci dari masing-masing individu adalah selalu beriman dan bertakwa kepada
Allah SWT. Dengan beriman dan bertakwa Allah akan memberikan keberkahan baik
dari langit dan bumi yang merupakan rezeki yang tak ternilai, dikarenakan
begitu banyak yang Allah berikan kepada kita.
Jikalau kebalikannya, artinya hamba Allah (manusia) yang ada dibumi ini,
mayoritas tidak mau beriman dan bertakwa, maka yang terjadi kondisi sekarang
ini, kita dilanda kesusahan terutama dalam bidang perekonomian. Padahal
Indonesia dengan kekayaan yang melimpah ruah yang Allah berikan kepada kita,
seperti : hasil tambang (minyak, batu bara, emas), hasil laut (ikan, rumput
laut), hasil pertanian dan lain sebagainya. Akhirnya walaupun, kekayaan yang
kita miliki melimpah tetapi karena khalifah fil ard (manusia) tidak memiliki
jiwa keimanan dan ketakwaan, maka Allah memerikan peringatan dan teguran.
Dimana Allah berfirman dalam QS, ar-Ruum, 30: 41
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar), QS,
ar-Ruum: 41.
Ayat ini memberi pelajaran kepada kita agar berhati-hati dalam mengambil
kebijakan dan memberi peringatan agar kita tidak berlaku boros dalam
menggunakan sumber daya yang dianugerahkan oleh Allah dan agar kita dapat
mengelolanya secara benar termasuk berlaku adil terhadap sesama manusia dan
alam sekitar kita.
Inilah peringatan Allah SWT sebagai akibat kelalaian atau dosa yang telah
diperbuat oleh hamba yang ada di bangsa ini.
Bagaimana Konsep Kehidupan Tawazun (dunia & akhirat)
Konsep hidup seorang muslim adalah terwujunya keseimbangan hakiki antara
tujuan material (kebendaan) dan spiritual (kerohanian). Oleh karenanya, kita
diajarkan untuk menjaga keseimbangan antara mengejar kemaslahatan dunia dan
kebahagiaan diakhirat. Allah Swt berfirman:
وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار(201)
Artinya: "Dan diantara mereka ada orang yang berdoa: Ya Tuhan kami,
berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan periharalah kami
dari siksa neraka". (QS, Al Baqarah: 201)
Allah SWT telah memberikan amanah kepada umat manusia untuk menjadi khalifah
dimuka bumi ini. Berkaitan dengan amanah tersebut Allah SWT memberi kewenangan
kepada manusia untuk memanfaatkan segala sumber daya yang ada di muka bumi
dalam batas kewajaran untuk kemaslahatan bersama. Allah SWT berfirman:
وَابْتَغِ فِيمَآءَاتَاكَ اللهُ الدَّارَ اْلأَخِرَةَ ولاَتَنْسَ نَصِيبَكَ
مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِن كَمَآأَحْسَنَ اللهُ إِلَيْكَ وَلاَتَبْغِ الْفَسَادَ
فِي اْلأَرْضِ إِنَّ اللهَ لاَيُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ {77}
Artinya: "Dan carilah apa yang telah diberikan Allah kepadamu dari kehidupan
akhirat, dan janganlah engkau melupakan bagian kehidupanmu di dunia. Dan
berbuat baiklah engkau sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan
jangan engkau mencari kerusakan di muka bumi" (QS. Al- Qashash: 77 )
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِاْلأَخْسَرِينَ أَعْمَالاً {103} الَّذِينَ ضَلَّ
سَعْيَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ
صُنْعًا {104}
Artinya: "Katakanlah: Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang
orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang telah sia-sia
perbuatannya dalam kehidupan di dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka
berbuat sebaik-baiknya". (QS, Al-Kahfi: 103-104)
Bila kita simak makna yang tersirat dan tersurat dalam ayat tersebut
menunjukan bahwa falsafah kehidupan bermuamalah (ekonomi) dalam Islam harus
berpijak pada upaya untuk menjalankan aktivitas perekonomian dengan berpegang
kepada perintah dan larangan Allah, yang didasarkan pada kesadaran adanya
hubungan manusia dengan Allah SWT.
Wallahu’alam bisshowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar