Sabtu, 21 Mei 2011

SEJARAH PONDOK PESANTREN AL AMIEN

A. Sejarah Berdirinya
Ponpes Al Amin didirikan pada tahun 1995 oleh K.H. Muhammad Anwar Iskandar. Beliau mendirikan pondok pesantren ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memberikan tempat yang sehat (suasana yang religius) dan mempunyai akhlaqul karimah kepada para pelajar agar mereka terhindar dari pergaulan yang tidak baik.
Di samping itu, diharapkan para pelajar dapat memperoleh ilmu agama dan umum secara seimbang serta dapat hidup mandiri. Mereka dapat belajar berinteraksi dengan lingkunganya baik sesama teman, masyarakat. Hal ini juga tidak terlepas dari keinginan masyarakat untuk menempatkan putra putrinya dalam pondok pesantren. Karena para orang tua khawatir anak - anaknya akan terjerumus dalam lingkungan yang tidak baik (pergaulan bebas) dan mengharapkan anaknya mendapatkan ilmu agama dan umum yang bermanfaat.

B. Perkembangan Pendidikannya
Pada awalnya pondok pesantren ini hanya mengkaji kitab-kitab klasik dan al-Qur'an. Baru pada tahun 1998 didirikan madrasah diniyah dengan sistem klasikal. Mereka yang mondok harus mengikutinya dan dibedakan antara santri satu dengan yang lain sesuai dengan kemampuannya dalam memahami kitab kuning.
Pada awalnya sekolah diniyah ini hanya ada tiga kelas dan mushalla adalah sebagai pusat proses belajar mengajar. Antara kelas 1, 2 dan 3 hanya dipisah oleh papan. Kemudian pada tahun 2004-2005 jumlah kelas menjadi 4 kelas, 1 sampai 3 tingkat ibtida' (awal) dan yang satu tingkat tsanawiyah. Pada tahun 2005 dibuka SMK Al-Amin. Sehingga dalam proses belajar mengajar menggunakan fasilitas tersebut, karena madrasah diniyah masuknya pada malam hari yaitu jam 19.00 wib. Adapun kepala sekolah diniyah adalah kyai Abdul Kholiq Ali dari Pasuruan.
Setelah kyai Abdul Kholiq Ali diganti oleh menantu K.H. Muhammad Anwar Iskandar yaitu H. Agus Fuad Fajrus Shobah dari Blitar, maka ada sedikit pergantian nama kelas, yang dulunya satu tsanawiyah diganti kelas empat ibtida' sampai sekarang, adapun jumlah kelas ada enam. Karena setiap ajaran baru santri bertambah banyak. Adapun jumlah santri sekarang sekitar 400 anak. Mereka berasal dari berbagai daerah seperti Jakarta, Ciamis, Banyuwangi, Brebes dan lain-lain, dan ada juga yang dari luar Jawa seperti Riau dan Lampung.
Jadi perkembangan pendidikan di pondok pesantren Al-Amin ini sangat bagus. Yang dulunya belum ada diniyah dan sekolah formal, sekarng sudah ada.






Daftar Tabel I
Fasilitas Pondok Pesantren Al-Amin (Pondok Putra)

No. Nama Fasilitas Jumlah
1 Kamar Santri 10 kamar
2 Ruang Kantor 1 ruang
3 Ruang Tamu 1 ruang
4 Ruang Keamanan 1 ruang
5 Rentalan 1 ruang
6 Gedung Madrasah 6 ruang (menggunakan SMK Al-Amin)
7 Kantin 1 ruang
8 Dapur 1 ruang
9 Kamar Mandi / WC 8 kamar dan 1 ruang besar yang disekat menjadi 12 ruang kecil
10 Mushalla 1 bangunan
11 Lapangan sepak bola 1 area

Daftar Tabel II
Fasilitas Pondok Pesantren Al-Amin (Pondok Putri)
No. Nama Fasilitas Jumlah
1 Kamar Santri 30 kamar
2 Ruang Kantor 1 ruang
3 Ruang Tamu 1 ruang
4 Ruang Keamanan 1 ruang
5 Warnet 1 ruang
6 Kantin 1 ruang
7 Dapur 1 ruang
8 Kamar Mandi / WC 1 ruang besar yang disekat menjadi 15 ruang kecil
9 Aula 1 bangunan
11 Koperasi 1 ruang


Adapun keberadaan SMK Al-Amin bertujuan untuk menarik minat para santri untuk belajar di lembaga formal agar nantinya para santri selain memiliki ilmu agama juga memiliki skill secara formal. Keberadaan SMK Al-Amin juga bertujuan agar siswa yang belajar di lembaga tersebut dapat ikut mondok, disamping mempunyai keterampilan secara formal juga mendalami ilmu agama. Jadi antara ilmu agama, umum dan skill bisa mereka peroleh dengan seimbang.

C. Letak Geografis
Pondok pesantren Al-Amin terletak di Desa Ngasinan Kecamatan Rejomulyo Kota Kediri. Berdiri di atas areal tanah seluas + 1/2 hektar. Letaknya yang dekat dengan sekolah – sekolah formal menyebabkan pondok pesantren Al-Amin menjadi tempat tujuan para pelajar dan mahasiswa yang ingin mondok.
Dalam peta geografis pondok pesantren Al-Amin berada di antara sekolah-sekolah sebagai berikut.
- Sebelah barat adalah sekolah SMP 7 dan SMA 6
- Sebelah timur adalah sekolah MI Mamba'ul Ulum
- Sebelah utara adalah STAIN, MAN 2 dan MTSN 2 dan juga SMK Al-Amin
- Sebelah selatan rumah penduduk.

D. Biografi K.H. Muhammad Anwar Iskandar
1. Latar belakang Keluarga dan Lingkungan

K.H. Muhammad Anwar Iskandar dilahirkan di Desa Berasan, Kecamatan Muncar, Banyuwangi pada tanggal 24 April 1950. Menurut silsilah, ayah K.H. Muh. Anwar Iskandar bernama K.H. Iskandar (Askandar), pendiri dan pengasuh pondok pesantren “Mambaul Ulum” Berasan, Muncar, Banyuwangi. Kyai Iskandar adalah putra dari kyai Abda’. Kyai Abda’ adalah putra dari Kyai Abdullah Said bin Wardoyo. Kyai Wardoyo adalah menantu dari K.H. Zainal Abidin kakek dari Kyai Shaleh yang mempunyai keturunan para kyai pendiri pondok pesantren di Kediri seperti Lirboyo.
Adapun dari garis keturunan ibu, ibu K.H. Muh. Anwar Iskandar bernama Nyai Siti Robi’ah al-Adawiyah binti Kyai Abdul Manan. Nyai Abdul Manan adalah putrinya Nyai Hasanah. Nyai Hasanah adalah putri dari Kyai Abbas, Cempoko Talun Blitar. Kyai Abbas adalah putra dari Kyai Nur Syiam, Celonan Keras Kediri. Kyai Nur Syiam putra dari Kyai Syahiddin. Kyai Syahiddin adalah putra dari Sahcahnyoto. Setengah cerita Sahcahnyoto adalah raja Panjalu Tasik Malaya.
K.H. Muh. Anwar Iskandar menikah pertama pada tahun 1975. Pada saat itu beliau dinikahkan oleh K.H. Mahrus Ali dengan seorang wanita asal Jamsaren Kediri bernama Nyai Qoni’atus Zahro, putri dari pengasuh Pondok Pesantren Assa'idiyah Jamsaren, yaitu Kyai Sa'id. Dari pernikahan pertama ini K.H. Muh. Anwar Iskandar dikaruniai satu putra dan lima putri.
Pada tahun 1990 K.H. Muhammad Anwar Iskandar menikah kedua kalinya dengan ibu Nyai Hj. Yayan Handayani dari Bogor yang sekarang mendiami pondok pesantren Al-Amin. Dari pernikahan ini beliau dikaruniai tiga putra dan satu putri.

2. Latar Belakang Pendidikan
Pendidikan K.H. Muhammad Anwar Iskandar dimulai sejak K.H. Muh. Anwar Iskandar masih dalam asuhan keluarganya. Melalui keluarganya, beliau dididik agar suatu saat bisa menjadi penerus ayahnya.
Sebagaimana yang dilakoni kyai – kyai salaf, K.H. Muh. Anwar Iskandar menimba ilmu dari pesantren yang satu ke pesantren yang lain, sebagai santri “kelana” yang menjelajah pesantren-pesantren untuk memuaskan keinginanannya mempelajari agama Islam. Disamping itu beliau juga menimba ilmu pengetahuan umum di sekolah-sekolah formal. Adapun kronologis perjalanan K.H. Muh. Anwar Iskandar dalam menempuh pendidikannya adalah sebagai berikut :
1) Pertama kali K.H. Muh. Anwar Iskandar mengaji kitab-kitab salaf dalam asuhan orang tuanya sendiri di pondok pesantren “Mamba’ul Ulum” Berasan Muncar Banyuwangi.
2) Selain tetap nyantri pada ayahandanya, K.H. Muhammad Anwar Iskandar dimasukkan ke M.I yang ada di lingkungan pondok pesantren Mamba’ul Ulum , pada tahun 1955.
3) Pada tahun 1961, K.H. Muh. Anwar Iskandar melanjutkan jenjang pendidikannya ke MTs di lingkungan yang sama dengan tetap mengaji kitab-kitab salaf di bawah asuhan ayahandanya.
4) Pada tahun 1964, K.H. Muh. Anwar Iskandar memasuki M.A di lingkungan yang sama dan tetap mengaji kitab-kitab kuning di bawah bimbingan ayahnya.
5) Pada tahun 1967, K.H. Muh. Anwar Iskandar berangkat ke Pondok Pesantren Lirboyo Kediri selama empat tahun di bawah asuhan K.H. Mahrus Ali. Selain mengaji di Lirboyo, beliau juga pernah mengaji di pondok pesantren lainnya seperti Ploso Kediri, Sarang Rembang, Minggen Demak, dan ilmu Falak di Jember.
6) Disamping menempuh pendidikan di pondok pesantren K.H. Muh. Anwar Iskandar juga meneruskan jenjang pendidikan formalnya di Perguruan Tinggi (PT) Tribakti Kediri. Sampai pada tahun 1969 K.H. Muh. Anwar Iskandar menyandang gelar Sarjana Muda.
7) Pada tahun 1970, K.H. Muh. Anwar Iskandar meninggalkan pondok pesantren Lirboyo Kediri menuju Jakarta untuk menyelesaikan program sarjana lengkap di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil Fakultas Adab Jurusan Sastra Arab.
Setelah selesai di Jakarta, K.H. Muh. Anwar Iskandar tidak langsung pulang ke kampung halamannya untuk berdakwah dikarenakan di sana telah banyak pemuka agama (tokoh agama). Akhirnya beliau memutuskan menuju kota Kediri. Sampai di kota Kediri yakni, K.H. Muh. Anwar Iskandar langsung mengadakan kegiatan dakwah.

3. Aktifitas K.H. Muhammad Anwar Iskandar dalam bidang Pendidikan, Politik dan Dakwah

Setelah pernikahan pertamanya, K.H. Muh. Anwar Iskandar berusaha untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatnya dari melalalang buana melalui dakwah kepada masyarakat. Untuk mewujudkan keinginan tersebut K.H. Muh. Anwar Iskandar untuk berjuang agar berguna bagi agama, masyarakat, bangsa dan membekali generasi muda agar tidak kosong nilai (memiiliki ilmu dan akhlak), fondasi agama dan bertaqwa kepada Allah. Maka K.H. Muh. Anwar Iskandar masuk dalam berbagai organisasi. Karena dengan organisasi tersebut bisa menjadi pendukung dalam perjuangan K.H. Muh. Anwar Iskandar sehingga mengantarkan kesuksesannya.
Disamping itu, sebagai sumbangsih terhadap Bangsa dan Negara Indonesia, K.H. Muh. Anwar Iskandar mendirikan Yayasan Pendidikan Assa'idiyah di Jamsaren dan Al-Amin di Ngasinan Rejomulyo untuk menampung para santri yang ingin belajar ilmu agama.
Secara kronologis aktifitas K.H. Muh. Anwar Iskandar dalam berbagai organisasi dapat digambarkan sebagai berikut :

 Bidang Pendidikan
1) Sejak didirikannya yayasan Assa'idiyah pada tahun 1982 sampai sekarang, K.H. Muh. Anwar Iskandar tetap dipercaya sebagai ketua yayasan ini. Di lingkungan yayasan beliau berhasil mengembangkan pendidikan di dalamnya. Ini bisa dilihat dengan berdirinya sebuah lembaga pendidikan yang ada di yayasan Assa'idiyah seperti TK kusuma mulia, SDI YP Assa'idiyah, Mts Nurul Ula, MA Nurul Ula dan SMU Islam YP Assa'idiyah.
2) Sejak tahun 1985 sampai sekarang K.H. Muh. Anwar Iskandar mendapat kepercayaan dari Akademis Universitas Islam Kadiri (UNISKA) untuk menduduki jabatan sebagai ketua yayasannya.
3) Sejak didirikannya yayasan Al-Amin pada tahun 1995 hingga sekarang K.H. Muh. Anwar Iskandar tetap di percaya menjabat ketua yayasan Al-Amin dan K.H. Muh. Anwar Iskandar juga membuka SMK di pondok pesantren tersebut.

 Bidang Politik (organisasi)
1) Sejak berumur 15 tahun beliau telah menjadi anggota IPNU di Banyuwangi sebagai salah satu pejuang muda di kota tersebut.
2) Saat kuliah di Universitas Tribakti, beliau sangat aktif dalam organisasi PMII dan menjabat sebagai ketua.
3) Saat kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta masih aktif dalam organisasi PMII dan menjadi pimpinan pusat.
4) Pada tahun 1975, K.H. Muh. Anwar Iskandar dipercaya untuk memimpin Gerakan Pemuda Ansor (ketua GP Ansor) cabang kotamadya Kediri. Jabatan itu di embannya selama dua periode atau selama 8 tahun.
5) Pada tahun 1982 masyarakat NU wilayah Kotamadya Kediri mempercayai K.H. Muh. Anwar Iskandar untuk memimpin organisasi mereka. Dari keberhasilan dalam membawa organisasi ini, maka K.H. Muh. Anwar Iskandar dipilih lagi untuk memimpin organisasi ini selama dua periode.
6) Selanjutnya pada tahun 1992, K.H. Muh. Anwar Iskandar dipercaya untuk menjabat ketua Roisy Syuriyah NU cabang kota Kediri, selama 5 tahun.
7) Tahun 1997 K.H. Muh. Anwar Iskandar diangkat menjdi wakil ketua Roisy Syuriyah NU wilayah Jawa Timur.
8) Setelah itu pada tahun 1998 K.H. Muh. Anwar Iskandar di angkat menjadi ketua Dewan Syuro (PKB) wilayah Jawa Timur dan juga menjabat sebagai anggota MPR dari utusan daerah Jawa Timur.
9) Pada tahun 2008 K.H. Muh. Anwar Iskandar menjadi ketua DPP PKNU yaitu partai baru yang didirikan oleh para ulama.
 Bidang Da'wah
Sebagai langkah awal dari perjuangan K.H. Muh. Anwar Iskandar dalam mengembangkan pendidikan adalah dengan melakukan serangkaian dakwah kepada masyarakat di wilayah Kediri. Sampai sekarang K.H. Muh. Anwar Iskandar sudah dikenal masyarakat luas sampai diluar daerah Kediri sebagai seorang da'i atau kyai.
Keberhasilan K.H. Muh. Anwar Iskandar dalam melaksanakan dakwah tidak lepas dari beberapa pengalaman K.H. Muh. Anwar Iskandar selama menjadi santri, siswa dan mahasiswa. Dari pengalaman dan pengetahuan yang K.H. Muh. Anwar Iskandar peroleh selama menuntut ilmu di berbagai lembaga pendidikan tersebut telah berhasil membuka wawasan K.H. Muh. Anwar Iskandar, sehingga setelah terjun di tengah-tengah masyarakat secara langsung K.H. Muh. Anwar Iskandar tidak banyak mengalami rintangan.
K.H. Muh. Anwar Iskandar pernah berkata "keluarga saya mengajarkan untuk berjuang selama kita masih hidup, adapun jalan untuk berjuang itu bermacam-macam, seperti lewat pendidikan, politik, dan sosial masyarakat asalkan bermanfaat bagi agama, masyarakat, bangsa dan negara.”

3 komentar:

  1. Assalamualaikum wr wb,
    Maaf sebelumnya mau bertanya apakah di Ponpes Al Amien Kediri ini ada MTs?

    BalasHapus
    Balasan
    1. ada., bahkan gratis pondok dan makannya. persyaratannya cuma harus mondok dan membawa SKTM

      Hapus
  2. Assalamu'alaikum wr.wb
    Maaf sebelumnya. SKTM itu apa??

    BalasHapus